Jejak Sejarah Simbol Negara Kader Terbaik PDIP Diabaikan Petinggi Bengkalis
BENGKALIS, MATATORO – “Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai sejarah” itu adalah cuplikan dari rangkaian kesamaan kata mutiara BUNG KARNO Proklamator Pendiri Negara Kesatuan Indonesia dalam mengingati, generasi penerus bangsa ini.
Jika kita maknai secara umum dari kata-kata ayahanda Pendiri Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (Ibu Megawati Sukarno Putri) dapat diartikan “munculnya sejarah karena ada pelaku sejarah, ketika sejarah dilupakan, secara otomatis kita akan melupakan pelaku sejarah”.
Fakta melupakan pristiwa bersejarah itu sepertinya terjadi di pulau bengkalis, kota berjuluk kota terubuk, dimana sejak 76 tahun Negara ini mardeka baru pertama kali dikunjungi oleh Simbol Negara (Presiden Republik Indonesia) yang bertepatan dijabat oleh kader terbaik PDI-P, namun sangat disayangkan sekali, prestiwa yang ditinggalkan oleh kepala Negara itu seakan tidak dihargai bahkan telah dilupakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis.
Momen bersejarah yang sudah sejak tujuh puluh enam tahun dinanti-nanti oleh masyarakat Pulau bengkalis, yang merupakan pulau terluar Indonesia berbatasan langsung dengan Negara Malaysia itu, terjadi tepatnya pada tanggal 28 September 2021 lokasi pantai wisata raja Kecik Desa Muntai Barat Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau.
Penantian kehadiran Kepala Negara kala itu, dari sejak pagi lagi telah ditinggu-tunggu oleh ribuan masyarakat, dalam rangka kunjungan kerjanya melakukan penanaman mangrove, guna untuk memutivasi masyarakat di wilayah pesisir perbatasan negara agar melestarikan lingkungan, dengan menanam pohon mangrove kawasan pantai, supaya dapat menjadikanya sebagai benteng alam (penyangga alami) untuk membantu mengatasi persoalan abrasi yang kian hari kian mengganas menggerus tembing pantai wilayah kedaulatan indone sekitar pulau bengkalis akibat ombak selat malaka.
Kunjungan Presiden Republik Indonesia ke 7 Kader Terbaik PDI-P itu, selain melakukan penanam mangrove dipantai Wisata Raja Kecik, juga menginjak kakinya tanpa alas kaki menelusuri Jambatan Kayu terpanjang dipulau bengkalis mecapai 800 meter.
Jambatan yang diberi nama Datuk Bandar Jamal pelaku sejarah besar di pulau bengkalis yang mana menurut catatan sejarah, beliau lahir di Desa Muntai anak dari Datuk Bandar Cik mas hasil perkahwinan dengan panglima Tuagik, atau ayah dari Datuk Laksemana Raja Dilaut Pertama (Encik Ibrahim),
Pembangunannya boleh dikatakan delapan puluh persen adalah merupakan hasil swadaya dari kalangan Pemuda -pemuda setempat, mulai dari anak SD,SMP, SMA maupun pemuda dari anak-anak Nelayan, Petani Buruh yang tidak punya kesempatan untuk mengecap pendidikan, oleh karena keterbatasan ekonomi orang tua atau dengan kata lain ANAK-ANAK WONG CILIK binaan Lembaga Swadya Masyarakat-Ikatan Pemuda Melayu Peduli Lingkungan dari sejak awal.
Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi juga sempat mengingatkan bahwa penanam mangrove yang terjadi kala itu, semoga dapat mendukung akan keberadaan ekowisata daerah ( pantai wisata raja kecik), sehingga dampak nya dapat mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar, ungkap kepala Negara saat memberikan penyampaian di hadapan ribuan masyarakat usai melakukan penanaman mangrove.
Sejak berdiri pantai wisata raja kecik sampai hadir kepala Negara, Pantai yang dikelola oleh pemuda setempat bekerja sama dengan Pemerintah Desa Muntai Barat sesuai Peraturan Desa Muntai Barat Nomor : 2 tahun 2022 tentang Pengembangan Pantai Wisata Raja Kecik Sebagai Tempat Wisata, hingga april 2023 2022 sepertinya tidak pernah sepi pengunjung hingga ribuan orang masyarakat lokal maupun manca negera.
Penelusuran media ini ke pantai wisata raja kecik sekaligus mewawancarai beberapa pemuda yang mengelola pantai tersebut, mengatakan hasil dari pengelolaan pantai wisata raja kecik, mereka bagi beberapa bagian yaitu diantara nya : (1). 20 % untuk anak yatim piatu, fakir miskin dan orang tidak mampu, (2) . 30% untuk oprasional pengelola pantai, (3). 7% untuk retribusi desa, (4).13% untuk petugas kebersihan pantai, (5). 10% uang kas tahunan pemuda setempat, (6). 20% anggaran biaya perawatan fasilitas pantai secara keseluruhan.
Namun keluh mereka, anggaran yang diperoleh dari hasil pengelolaan pantai, belum mampu untuk membiayai perawatan jambatan kayu datuk bandar jamal sepanjang delapan ratus meter termasuk fasilitas lainya secara keseluruhan, sehingga kondisi jambatan yang tercatat pernah diinjak oleh kepala Negara tanpa alas kaki itu, saat ini tak mampu dirawat bahkan kayu jembatannya banyak sudah lapuk (rusak).
Begitu juga mangrove yang ditanami oleh Presiden Jokowi juga terancam punah, akibat di terjangangan ombak selat malaka oleh karena tidak dibuat pengaman tanaman secara permanen atau tidak dipikirkan bagaimana untuk menyelamatkan tanaman merupakan catatan sejarah penting dipulau bengkalis oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis yang dipimpin Kasmarni.
Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis terkesan setelah tanggal 28 september 2021, sepertinya tidak mau ambil pusing terhadap petunjuk atau petanda yang ditinggal oleh Kepala Negara dipantai wisata raja kecik . kesal beberapa pemuda pengelolaa pantai yang enggan nama nye dipublikasi.
Lebih jauh sindir mereka yang diketegorikan masih muda belia itu, kepada Bupati Bengkalis selaku kepala daerah. Jangankan untuk mengembangkan pantai wisata raja kecik agar lebih baik dan mampu berkembang sehingga dapat membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat umum di wilayah perbatasan Negara terutama bagi UMKM, malah berko’ordinasi dengan kami untuk bagaimana merawat apa yang telah ditinggalkan bapak Presiden pun tidak pernah ” ujarnya kesal.
Sementara Buapati Bengkalis sampai berita ini dipublikasi belum dapat diminta tanggapanya, karena terkesan lebih banyak menghabiskan waktunya di luar pusat ibu kota Kabupaten Bengkalis, bahkan menjadi buah bibir masyarakat Bengkalis bahwa Bupati Bengkalis terindikasi lebih sibuk hanya mengurus untuk bagaimana memperoleh penghargaan-penghargaan dari pihak tertentu demi untuk pencitraannya dalam rangka menyonsong pilkada periode berikutnya, sementara kondisi ekonomi masyarakat terutama masyarakat yang berdomisili di pulau terluar Indonesia (Pulau Bengkalis dan Pulau Rupat) batas Negara murat maret atau dalam istilah lain nya, kais pagi makan pagi, kais petang makan petang
Begitu juga Kepala Dinas Pariwisata Kabupaeten Bengkalis (Edi Sakura) yang merupakan mantan terpidana kasus penganiayaan anak di bawah umur sesuai putusan Pengadilan Negeri Bengkalis dalam perkara No: 154/Pid.Sus/2013/PN.BKS pun belum dapat untuk diminta tanggapan nya terkait upaya nya untuk bagaimana menjaga dan merawat jejak sejarah apa yang ditinggal kan oleh Kepala Negara di pantai wisata raja kecik.
Selaku pimpinan OPD yang membidangi Parwisata, sepatunya Edi Sakura harus nya peka dan jeli bagaimana untuk memperhati dan mengembangkan potensi-potensi parwisata di wilayah Kabupaten Bengkalis yang menjadi perhatian maupun tumpuan ribuan masyarakat, apatah lagi yang menjadi perhatian khusus oleh kepala Negara, seperti Pantai Wisata Raja Kecik.
Namun sepertinya bagi Kadis Parwisata Kabupaten Bengkalis mantan kepala SMAN 4 Bengkalis tahun 2013 itu seakan mungkin menilai kehadiran Kepala Negara ke suatu tempat seperti pantai wisata raja kecik tidak bermakna apa-apa, sehingga tidak perlu diperhatikan dan diko’ordinasikan bersama masyarakat pengelola pantai maupun Pemerintah Desa setempat untuk bagaimana bisa di kembangkan menjadi lokasi paforit wisata unggulan yang pernah di kunjungi oleh Kepala Negara atau Presidan Republik Indonesia. ***(SL)